PENGANTAR
Syair
ini membahas tentang pahlawan di berbagai profesi,berbagai sudut
pandang, dan berbagai sisi dari kepahlawanan itu sendiri. Bagi yang
kurang berkenan saya mohon maaf!
Syair ditulis
hamba yang fakir,
hasil renungan dalam berfikir,
dari
sejarah yang telah diukir,
berhambur darah bertakir-takir.
Syair
berkisah tentang pahlawan,
orang yang hebat juga melawan,
berjenis
puan maupun tuan,
yang telah berpulang ke atas awan.
Pahlawan
itu banyak jenisnya,
banyak pula bidang-bidangnya,
ada pula
kepentingannya,
tergantung siapa menginginkannya.
I
Pahlawan
perang tewas terbunuh,
gagah berani melawan musuh,
atau
dibuang ketempat jauh,
atau dikurung penjara kukuh.
Namanya
harum semerbak wangi,
ditulis orang disana-sini,
tuk nama
jalan juga mumpuni,
didinding fotonya berwarna-warni.
Sibuklah
anak hafal namanya,
demikian juga daerah asalnya,
siapa
pula yang diperanginya,
serta ditulis keberaniannya.
II
Ada
pula pahlawan kecil,
seperti guru daerah terpencil,
tinggal
ditempat jauh terkucil,
ditambah pula gaji yang kecil.
Jasanya
tidak terlihat mata,
tak banyak pula orang berkata,
tiada
pula jadi berita,
sampai ia pun menutup mata.
Inilah
jenis pahlawan guru,
patutu digugu patut ditiru,
dizaman
lama atau baharu,
bila teringat bikin terharu.
III
Ada
pula pahlawan tani,
ditengah sawah berhari-hari,
keringat
mengalir berkati-kati,
untuk tanam dan pelihara padi.
Mereka
pahlawan bagi keluarga,
rezeki yang halal selalu dijaga,
sehat
dan lapang jiwa dan raga,
setiap saat hatinya lega.
Mereka
tak perlu berpura-pura,
bersih dan baik membangun citra,
padahal
bobroknya tiada terkira,
negeri diurus semakin parah.
IV
Dikenal
pula pahlawan lingkungan,
berjuang atasi banyak kerusakan,
baik
di laut atau daratan,
di tempat ramai atau di hutan.
Kerja
mereka dapat cemooh,
bahkan dicerca tidak senonoh,
orangpun
kadang menganggap bodoh,
dan enggan pula orang mencontoh.
Hutan
yang gundul mereka hijaukan,
air yang keruh mereka jernihkan,
pantai
yang tandus mereka hijaukan,
bukit yang longsor mereka baikkan.
V
Ada
juga pahlawan cinta,
sudah terkenal dalam cerita,
siap
selalu bila dipinta,
walaupun kadang membabi buta.
Pahlawan
cinta banyak jenisnya,
ada yang tulus perbuatannya,
ada
pula yang lihat upahnya,
dan ada pula yang banyak maunya.
Pahlawan
cinta yang paling mulia,
menjaga kekasih dengan tulusnya,
tiada
berfikir apa upahnya,
yang penting bahagia yang dicintainya.
VI
Jangan
jadi pahlawan kesiangan,
datang terlambat setelah peperangan,
menepuk
dada penentu kemenangan,
padahal yang dikejar cuma kesenangan.
Jenis
yang ini sekarang banyak,
berteriak-teriak ditengah khalayak,
kerja
siapapun tiada yang layak,
dirinya sendiri sempurna kayak.
Ketika
sudah diberi jatah,
dari miskin jadi berharta,
dari lantang
jadi kehilangan kata,
terhadap keboborokan matanya buta.
VII
Dikampung
juga ada pahlawan,
disegani oleh kawan dan lawan,
dirindukan
gadis cantik rupawan,
ingin diambil mantu oleh hartawan.
Pahlawan
kampung jenisnya dua,
ada yang santun juga jumawa,
yang
santun akan penuh wibawa,
yang jumawa disebut preman namanya.
Kalaulah
preman jadi pahlawan,
setiap keributan ada di depan,
tak
pernah mundur kalau tawuran
suaranya lantang dalam serangan.
VIII
Ada
pula yang ngaku pahlawan,
membawa bukti dan bahan-bahan,
biar
termasuk golongan veteran,
dapat pensiun cukup lumayan.
Pahlawan
itu ada dihati,
yang paling tahu pasti Ilahi,
siapa yang
memang pahlawan sejati,
dan siapa pula yang mensiasati.
Kalau
pahlawan hanyalah pangkat,
tergantung pada siapa berhajat,
siapa
yang kuasa bisa mengangkat,
siapa yang ingin dberi derajat.
IX
Berbeda
dengan pahlawan agama,
diatas kuburnya tiada nama,
ribuan
tahun harum kuburnya,
jasadnya tiada dimakan tanah.
Mereka
disebut para mujahid,
tiada mengeluh luka dan sakit,
kelak
ketika hari berbangkit,
dibarisan mereka hanya sedikit.
Mereka
berjuang karena Allah,
korban harta dan keluarga rela,
ketika
bangkit ditiup sangkakala,
mereka diganjar jannatul ma'wa.
X
Besok
adalah hari pahlawan,
daku berseru padamu kawan,
apakah
kita sudah tertawan,
indahnya dunia sangat menawan.
Perang
terbesar didalam diri,
halal dan haram yang disadari,
peluang
syaitan jangan diberi,
dengarkan malaikat kitapun mari.
Seharum
apa jasa manusia,
disisi Allah balasan jasa,
apakah ia
orang biasa,
atau dianggap orang berjasa.
XI
PENUTUP
Marilah
kita tadahkan tangan,
doakan mereka di kedalaman,
kubur dan
tanah menjadi taman,
supaya mereka dapat ampunan.
Yang
baik mari diteladani,
yang buruk mari kita jauhi,
mari
bersatu membangun negeri,
supaya kita kan disegani.
Terhadap
mereka yang belum sadar,
kepada Allah kita bersandar,
Kembalikan
mereka jalan yang benar,
hidup yang baru bagaikan fajar.
(saya
bukan pahlawan)